Kamis, 13 Mei 2010

KARAKTERISTIK SOSEK PETANI KARET DI SUMSEL

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA
PETANI KARET RAKYAT DI SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar, SE.Msi
Guru Besar STIE APRIN Palembang

Perkebunan karet rakyat di Sumatera Selatan masih sangat dominan yang meliputi 95,40 % dari luas areal tanaman perkebunan karet di Sumatera Selatan. Diantaranya terdapat tiga kabupaten terluas yaitu Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin. Oleh karena itu sudah sepatutnya perkebunan karet rakyat mendapatkan perhatian dari semua pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat terutama karena produktivitas karet rakyat relatif masih rendah dibandingkan dengan produktivitas karet perkebunan negara dan swasta dengan kondisi tanaman sebagian telah tua/rusak yaitu sekitar 16,17 % dari luas areal perkebunan karet rakyat di Sumatera Selatan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 di ketiga kabupaten wilayah penelitian diketahui bahwa keadaan umum topografi perkebunan karet rakyat merupakan dataran rendah yang terletak di pinggir sungai dan rawa-rawa dengan jenis tanah dominan aluvial yaitu di Kecamatan Babat Toman, Sungai Keruh, sebagian lagi memiliki tanah dengan topografi datar sampai bergelombang/bukit dengan jenis tanah dominan pedsolik merah kuning yaitu di Kecamatan Muara Kelingi, Karang Jaya, Gunung Megang dan Gelumbang. Letak lahan perkebunan karet rakyat tersebar dalam kelompok kecil sesuai dengan kepemilikan lahan petani. Lokasi yang ditanami untuk tanaman karet merupakan lahan alang-alang, semak dan hutan sekunder milik petani. Kondisi iklim di wilayah penelitian pada umumnya jumlah curah hujan antara 2.000 mm – 3.000 mm per tahun dan suhu udara antara 260 – 320 C dengan ketinggian tempat dari permukaan laut antara 25 – 500 meter dpl.

Perkebunan karet rakyat pada lokasi penelitian di Kabupaten Musi Rawas seluas 216.552 ha yang tersebar pada 15 kecamatan. Di antaranya terdapat beberapa kecamatan yang memiliki luas tanaman karet rakyat melebihi 15.000 hektar yaitu terletak di Kecamatan Karang Jaya, Muara Kelingi, Muara Beliti, Rawas Ulu dan Rawas Ilir. Dari 5 kecamatan tersebut, terpilih sebagai kecamatan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Muara Kelingi dan Kecamatan Karang Jaya. Kecamatan Muara Kelingi dan Karang Jaya terpilih sebagai sampel kecamatan karena rata-rata petani memiliki luas areal garapan terluas masing-masing 4,6 ha dan 4,1 ha per rumah tangga dan masih terdapat luas areal tanaman tua/rusak sekitar 3 ribu ha. Selain itu jumlah petani yang mata pencariannya berasal dari usaha tani karet relatif besar yaitu melebihi dari 12,3 ribu rumah tangga petani atau 12,78 % dari jumlah petani dan jumlah produksi karet petani melebihi 10 ribu ton per tahun.

Perkebunan karet rakyat pada lokasi penelitian di Kabupaten Muara Enim seluas 161.243 ha yang tersebar pada 17 kecamatan. Di antaranya terdapat beberapa kecamatan yang memiliki luas areal tanaman karet rakyat melebihi 15 ribu ha yaitu Kecamatan Gelumbang, Talang Ubi, Gunung Megang, Rambang Dangku, Rambang. Sedangkan kecamatan lainnya memiliki luas areal karet rakyat kurang dari 15 ribu ha. Dari 4 kecamatan di Kabupaten Muara Enim tersebut terpilih sebagai kecamatan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Gelumbang dan Kecamatan Gunung Megang. Kecamatan Gelumbang dan Gunung Megang terpilih sebagai sampel kecamatan karena rata-rata petani memiliki luas areal garapan terluas masing-masing 2,1 ha dan 1,4 per rumah tangga dan masih terdapat luas areal tanaman tua/rusak sekitar 3 ribu ha. Selain itu jumlah petani yang mata pencariannya berasal dari usahatani karet relatif besar yaitu melebihi 27,8 ribu rumah tangga petani atau 23,06 % dari jumlah petani, sedangkan produksi karetnya kurang dari 4 ribu ton per tahun. Hal ini disebabkan sebagian besar tanaman karet belum menghasilkan dan terdapat tanaman karet tua/rusak sekitar 20.563 ha atau 44,96 %.

Perkebunan karet rakyat pada lokasi penelitian di Kabupaten Musi Banyuasin seluas 153.369 ha yang tersebar pada 9 kecamatan. Di antaranya terdapat beberapa kecamatan yang memiliki luas areal tanaman karet rakyat melebihi 15 ribu ha yaitu terletak di Kecamatan Babat Toman, Sungai Keruh, Batang Hari Leko, Sekayu, Sungai Lilin dan Bayung Lincir. Dari 6 kecamatan di Kabupaten Musi Banyuasin tersebut terpilih sebagai kecamatan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Babat Toman dan Kecamatan Sungai Keruh. Kecamatan Babat Toman dan Sungai Keruh terpilih sebagai sampel kecamatan karena rata-rata petani memiliki luas areal garapan terluas masing-masing 2,1 ha dan 2 ha per rumah tangga dan masih terdapat luas areal tanaman tua/rusak sekitar 3 ribu ha. Selain itu jumlah petani yang mata pencariannya berasal dari usahatani karet relatif besar yaitu melebihi dari 22 ribu rumah tangga petani atau 26,20 % sedangkan jumlah produksi karet petani melebihi 9 ribu ton per tahun kecuali di Kecamatan Babat Toman produksi karetnya relatif masih rendah yaitu kurang dari seribu ton per tahun.

Teknologi budidaya karet pada perkebunan karet rakyat di ketiga wilayah penelitian pada umumnya petani belum sepenuhnya mengikuti teknologi budidaya karet anjuran penyuluh perkebunan dan masih menggunakan bahan tanaman yang berasal dari biji, baik dari biji sapuan maupun dari biji klonal. Sebagian petani telah menggunakan bibit klon unggul dan telah mengadapsi teknologi budidaya klon unggul sesuai dengan anjuran penyuluh perkebunan. Rendahnya adopsi teknologi budidaya klon unggul karena sulit mendapatkan bahan tanam klon unggul di desa, harga bahan tanam klon unggul relatif mahal dan tingkat keyakinan petani rendah akan keunggulan bahan tanaman unggul dibandingkan bahan tanam berasal dari non klon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar