Jumat, 14 Mei 2010

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI KARET

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI
DALAM PEREMAJAAN KEBUN KARETNYA

PROF.DR.H.TIRTA JAYA JENAHAR,SE.MS
Konsultan Penelitian Ekonomi

1.Latar Belakang
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten /Kota di Sumatera Selatan pada tahun 1982 – 2003 telah meremajakan kebun karet rakyat seluas 1.248 ha melalui proyek bantuan parsial, namun demikian kenyataan pada tahun 2004 rata-rata produktivitas karet rakyat yaitu sekitar 0,68 ton kadar karet kering (kkk) per hektar per tahun relatif lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas karet perkebunan besar negara sekitar 1,16 ton kkk per hektar per tahun.. Apabila total produksi karet dibagi total areal perkebunan karet rakyat yang menghasilkan di Sumatera Selatan maka rata-rata produktivitas karet rakyat yaitu sekitar 1,09 ton kkk per hektar per tahun relatif masih lebih rendah dari produktivitas karet perusahaan besar negara dan swasta, apalagi dibandingkan dengan produktivitas karet klon unggul dapat mencapai 2,5 ton kkk per hektar per tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2005).

2.Di Sumatera Selatan masih terdapat tanaman tua/rusak pada tahun 2003 dengan luas sekitar 129.499 ha yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi tetapi belum diremajakan petani bahkan pada tahun 2004 cenderung terjadi peningkatan luas areal tanaman karet tua/rusak menjadi 143.239 ha, walaupun ada sebagian tanaman tua/rusak yang telah diremajakan namun tingkat pertumbuhan luas areal tanaman tua/rusak tahun l971-2003 sekitar 4,6 % per tahun sedangkan tingkat pertumbuhan peremajaan tanaman karet tahun 1971-2003 sekitar 2,1 % per tahun. (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2005).

3.Luasnya areal tanaman tua/rusak menyebabkan produktivitas karet rendah dan rendahnya produksi karet yang diikuti rendahnya harga karet menyebabkan pendapatan petani rendah. Rendahnya pendapatan petani menyebabkan rendahnya tabungan dan rendahnya kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya sehingga tanaman karet tua/rusak milik petani belum dilakukan peremajaan. Berkaitan dengan hal ini timbul pertanyaan seberapa besar tingkat kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya secara mandiri pada kondisi kebun karet sat ini ?

4.Selain itu rendahnya produktivitas karet rakyat, menyebabkan rendahnya produksi karet dan rendahnya pendapatan dari usahatani karet juga mempengaruhi rendahnya pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan rumah tangga petani mempengaruhi biaya kebutuhan rumah tangga petani. Jumlah anggota keluarga dan pendidikan formal petani akan mempengaruhi biaya kebutuhan rumah tangga petani. Apabila petani tidak melakukan investasi maka tabungan sama dengan pendapatan rumah tangga dikurangi biaya kebutuhan rumah tangga karena itu tabungan juga mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Rumah tangga yang mempunyai pendapatan tinggi dapat melakukan kegiatan penabungan yang tinggi pula. Tabungan mempengaruhi besarnya tingkat kemampuan ekonomis petani. Berkaitan dengan hal ini perlu dikaji faktor ekonomi dan non-ekonomi yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya.

5.Kondisi usahatani karet petani belum maju dicirikan dengan belum menggunakan bahan tanaman klon unggul, kurangnya pemeliharaan tanaman, pohon disadap belum mengikuti teknis yang benar dan bahan olah karet belum diolah dengan baik. Sedangkan kondisi usahatani karet petani maju dicirikan dengan telah menggunakan tanaman klon unggul, pemeliharaan tanaman cukup intensif, penyadapan karet mengikuti teknis anjuran penyuluh dan bahan olah karet diolah dengan baik. Walaupun petani maju telah menggunakan klon unggul namun belum mengadopsi sepenuhnya teknologi budidaya karet yang direkomendasikan karena itu pada penelitian ini akan dikaji mengenai perbedaan tingkat kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya secara mandiri.

6.Dari kenyataan kondisi perkebunan karet rakyat yaitu produktivitas karet rendah, luasnya areal tanaman karet tua/rusak dan harapan mempercepat peremajaan kebun karet rakyat maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi masalah pokok adalah Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani dalam peremajaan kebun karetnya dengan beberapa pertanyaan mendasar sebagai berikut :
a.Bagaimana kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya secara mandiri ?
b.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani karet.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani dalam peremajaan kebun karetnya secara mandiri dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani karet pada wilayah penelitian di Sumatera Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani perkebunan karet rakyat.

PROPOSAL PENELITIAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KARET

PROPOSAL PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI KARET
DI SUMATERA SELATAN

PROF.DR.H.TIRTA JAYA JENAHAR,SE.MS
Konsultan Peneliti Ekonomi

I.LATAR BELAKANG
Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg) termasuk genus hevea famili euphorbiaceae di antara 10 species tanaman karet lainnya (Webster dan Paardekooper, 1989). Hevea brasiliensis Muell.Arg. merupakan species tanaman karet yang berhasil dikembangkan secara komersial di seluruh dunia. Produksi karet alam dunia pada tahun 2004 mencapai 8,572 juta ton, sedangkan konsumsi karet alam dunia sebesar 8,493 juta ton. Perkiraan konsumsi karet alam dunia meningkat dari 8,493 juta ton menjadi 11,681 juta ton pada tahun 2020 (Budiman, 2005). Berdasarkan perkiraan peningkatan konsumsi karet dunia tahun 2020 sebesar 11,681 juta ton, maka terdapat kekurangan penawaran karet alam dunia sehingga prospek ekspor karet alam Indonesia terbuka luas. Konsumsi karet alam Indonesia pada tahun 2003 hanya 145 ribu ton atau 8,9 % dari produksi karet Indonesia, sedangkan konsumsi karet alam Malaysia 55,4 % dan Thailand 10,6 % dari produksi karet negaranya. Negara konsumen karet dunia terbesar Negara Regional Eropa, Amerika Serikat, China dan Jepang (IRSG, 2003 dalam Haris dan Alan, 2004).

2.Perkebunan karet Indonesia dinilai strategis karena pada tahun 2005 mempunyai areal terluas di dunia yaitu 3,262 juta ha, kemudian disusul oleh Thailand 1,96 juta ha dan Malaysia 1,54 juta ha, namun produksi karet Indonesia 1,96 juta ton menduduki posisi kedua setelah Thailand 2,9 juta ton dan posisi ketiga Malaysia 1,16 juta ton (Budiman, 2005). Volume ekspor karet Indonesia sebesar 1,874 juta ton merupakan salah satu sumber devisa kedua setelah kelapa sawit dengan nilai US $ 2,18 juta, dan merupakan sumber pendapatan bagi lebih dari 15 juta penduduk Indonesia (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2004). Pola kebijakan dan strategi agribisnis karet Indonesia yaitu mensejahterakan masyarakat dan berkelanjutan yang berbasis lateks dan kayu berdaya saing tinggi dengan strategi peningkatan produktivitas perkebunan rakyat melalui penggunaan klon unggul, percepatan peremajaan karet tua atau rusak, diversifikasi usahatani dan penerapan pola tanam sela (Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2005).

3.Fokus sasaran peremajaan jangka menengah pada tahun 2009 dari aspek peremajaan dan budidaya yaitu : (1) penggunaan klon unggul lateks dan kayu yang memproduksi 3.000 kg per hektar per tahun dan menghasilkan kayu karet 300 m3 per hektar, (2) percepatan peremajaan kebun karet tua dan tidak produktif terutama pada perkebunan karet rakyat, (3) diversifikasi usahatani dan pola tanam untuk meningkatkan keuntungan petani dan (4) peningkatan efisiensi usaha pada setiap tahap proses produksi untuk menjamin marjin keuntungan dan daya saing yang tinggi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005).

4.Perkebunan karet di Sumatera Selatan mempunyai peranan yang sangat strategis karena provinsi ini merupakan daerah penghasil utama karet alam di Indonesia dimana pada tahun 2003 seluas 880.124 ha dan total produksi 628.801 ton atau 35,66 % dari produksi karet Indonesia dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 944.616 ha dan total produksi 688.404 ton atau 45,36 % dari produksi karet Indonesia. Kontribusi karet terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Selatan sebesar Rp 2.861 juta atau 10,61 % dari total PDRB tanpa migas Sumatera Selatan. Volume ekspor karet Sumatera Selatan sebesar 527,37 juta ton yang merupakan masukan devisa negara sebesar US $ 618,2 juta atau 73,66 % dari ekspor komoditi perkebunan Sumatera Selatan. Selain itu perkebunan karet sebagai sumber pendapatan dan penghidupan sekitar 700 ribu rumah tangga dan 100 ribu karyawan perusahaan perkebunan yaitu sekitar 3,2 juta jiwa atau 47,8 % dari total penduduk Sumatera Selatan (Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, 2005).

4.Pada tahun 1982 - 2003 Pemerintah Provinsi dan Kabupaten /Kota di Sumatera Selatan telah meremajakan kebun karet rakyat seluas 1.248 ha melalui Proyek bantuan parsial, namun demikian kenyataan pada tahun 2004 rata-rata produktivitas karet rakyat yaitu sekitar 0,68 ton kadar karet kering (kkk) per hektar per tahun relatif lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas karet perkebunan besar negara sekitar 1,16 ton kkk per hektar per tahun. Apabila total produksi karet dibagi total areal perkebunan karet rakyat yang menghasilkan di Sumatera Selatan maka rata-rata produktivitas karet rakyat yaitu sekitar 1,09 ton kkk per hektar per tahun relatif masih lebih rendah dari produktivitas karet perusahaan besar negara, apalagi dibandingkan dengan produktivitas karet klon unggul dapat mencapai 2,5 ton kkk per hektar per tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2005).

5.Rendahnya produktivitas karet rakyat menyebabkan rendahnya produksi karet dan pendapatan dari usaha tani karet juga mempengaruhi rendahnya pendapatan rumah tangga petani sedangkan kebutuhan hidup petani tetap bahkan meningkat sehingga mendorong petani meningkatkan pendapatannya dengan melakukan eksploitasi penyadapan kurang baik dan berlebihan yang menyebabkan tanaman karet menjadi rusak. Di Sumatera Selatan terdapat tanaman tua/rusak pada tahun 2003 dengan luas sekitar 129.499 ha yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi tetapi belum diremajakan petani bahkan pada tahun 2005 cenderung terjadi masih tinggi luas areal tanaman karet tua/rusak sekita 139.126 ha, walaupun ada sebagian tanaman tua/rusak yang telah diremajakan namun tingkat pertumbuhan luas areal tanaman tua/rusak tahun l971-2003 sekitar 4,6 % per tahun sedangkan tingkat pertumbuhan peremajaan tanaman karet tahun 1971-2003 sekitar 2,1 % per tahun. (Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2005).

6.Salah satu tujuan peremajaan kebun karet yaitu mengganti tanaman tua/rusak dengan tanaman muda klon unggul yang memiliki produktivitas tinggi. Peremajaan kebun karet yang dilakukan petani memerlukan waktu sekitar enam tahun untuk mulai menghasilkan. Oleh sebab itu petani belum memperoleh pendapatan dari usaha tani karet sedangkan kebutuhan hidup terus berlangsung sehingga ada kemungkinan pendapatan rumah tangga petani tidak mampu membiayai kebutuhan hidupnya.

7.Dengan kondisi ini perlu dikaji permasalahan yaitu
a.Apakah terdapat perbedaan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju dengan petani belum maju untuk membiayai kebutuhan hidupnya ?
b.Bagaimana upaya meningkatkan tingkat kemampuan pendapatan rumah tangga petani karet ?

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani perkebunan karet rakyat yang merupakan sumber devisa negara, lapangan kerja, penyedia bahan baku, pemelihara kesuburan dan pengawetan tanah.

PROPOSAL PENELITIAN RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA

PROPOSAL PENELITIAN RENCANA PENGEMBANGAN PARIWISATA
KABUPATEN EMPAT LAWANG

Prof Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Konsultan Penelitian Ekonomi

1.Latar Belakang
Pembangunan daerah diharapkan akan diikuti dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, namun sering dijumpai fungsi/peranan lingkungan telah menurun dari waktu ke waktu; artinya jumlah bahan mentah yang dapat disediakan lingkungan alami telah semakin berkurang dan menjadi langka, kemampuan alam untuk menyediakan kesenangan dan kegembiraan langsung juga semakin berkurang karena banyaknya sumberdaya alam dan lingkungan yang telah diubah fungsinya. Pembangunan pedesaan saat ini masih memerlukan perhatian secara komprehensif dari pemerintah. Kondisi pembangunan pedesaan dengan percepatan pembangunan kurang berkembang diakibatkan oleh kurangnya dukungan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pembangunan di pedesaan. Hal tersebut sesuai dengan Arahan Kebijakan Pembangunan Nasional di pedesaan yaitu “mempercepat pembangunan pedesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat terutama petani melalui penyediaan prasarana, pembangunan dalam sistem agribisis, industri kecil dan kerajinan rakyat, pengembangan kelembangaan, penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumberdaya alam”.

2.Pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian alam (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Ecoturism Research Group (1996) dalam Darmawan (2003), yang membatasi tentang wisata bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang terkait dengan : (1) Mendidik tentang fungsi dan manfaat lingkungan, (2) Meningkatkan kesadaran lingkungan, (3) Bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi, (3) Menyumbang langsung pada keberkelanjutan.

3.Ekowisata merupakan sebuah istilah baru yang masih sangat sering dibicarakan diberbagai negara saat ini karena melihat potensi untuk mengembangkan pariwisata baru dan mempromosikan konservasi alam disamping dapat memberikan keuntungan pada masyarakat lokal. Ekowisata sebagai suatu bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Memperlihatkan kesatuan konsep yang terintegratif secara konseptual tentang keseimbangan antara menikmati keindahan alam dan upaya mempertahan kannya. Sehingga pengertian ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya.

4.Destinasi yang diminati wisatawan ekowisata adalah daerah alami. kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa taman nasional, taman hutan raya, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan taman buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi sebagai berikut:a.Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. b.Melindungi keanekaragaman hayati.c.Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.

3.Pemilihan ekowisata sebagai konsep pengembangan bagi wisata di dasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu : (1) Ekowisata sangat bergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya; (2) Ekowisata melibatkan masyarakat; (3) Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya; (4) Ekowisata menumbuhkan pasar di tingkat nasional dan internasional; (5) Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
Pada paradigma lama, pengembangan pariwisata lebih mengutamakan pariwisata masal, yaitu yang bercirikan jumlah wisatawan yang besar/berkelompok dan paket wisata yang seragam (Ariyanto, 2003) dan sekarang telah bergerak menjadi pariwisata baru, yaitu wisatawan yang lebih canggih, berpengalaman dan mandiri, yang bertujuan tunggal mencari liburan fleksibel, keragaman dan minat khusus pada lingkungan alam dan pengalaman asli. Dalam usaha pengembangannya Indonesia wajib memperhatikan dampak-dampak yang ditimbulkannya, sehingga yang paling tepat dikembangkan adalah sektor ekowisata dan pariwisata alternatif yang oleh (Ariyanto, 2003) diartikan sebagai konsisten dengan nilai-nilai alam, sosial dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi positif di antara para pelakunya.

4.KABUPATEN EMPAT LAWANG memiliki potensi sumberdaya alam yang banyak, namun sampai saat ini belum semua sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sumberdaya alam masih tetap sebagai potensi dan belum banyak dijadikan peluang untuk pengembangan pembangunan di KABUPATEN EMPAT LAWANG. Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 dan nomor 32 tahun 2002, maka Kabupaten/Kota memiliki kewenangan yang luas untuk dapat mengatur daerahnya sendiri, sehingga kegiatan pembangunan baik fisik maupun nonfisik di daerah terasa semakin intensif dan dinamis. Hal ini mengakibatkan banyak terjadinya pemekaran-pemekaran wilayah, tidak terkecuali untuk KABUPATEN EMPAT LAWANG yang merupakan pemekaran dari Kabupaten EMPAT LAWANG.

5.Pemekaran KABUPATEN EMPAT LAWANG ini berarti Pemerintah KABUPATEN EMPAT LAWANG mempunyai kewenangan yang luas untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan daerah. Untuk itu, diperlukan perencanaan yang sistemastis dan terarah sesuai dengan visi dan misi KABUPATEN EMPAT LAWANG. Oleh karena itu Pemerintah KABUPATEN EMPAT LAWANG sangat membutuhkan data dan informasi yang dapat dipercaya dan komprehensif, khususnya tentang pariwisata dalam wilayah KABUPATEN EMPAT LAWANG. Guna menunjang dan mencapai tujuan pengelolaan pariwisata, maka karakteristik sumberdaya pariwisata harus dikenali dan diketahui baik terhadap potensi, keragaman, jenis, dan dampak pemanfaatannya. Upaya yang dilakukan, antara lain melalui pendataan dan inventarisasi sumberdaya pariwisata secara menyeluruh sebelum pengelolaan dan pemanfaatannya dilaksanakan.

6.Dampak lingkungan pengembangan pariwisata berbentuk alamiah maupun buatan manusia merupakan hal yang terpenting dalam pembangunan industri wisata karena ketika wisatawan mulai datang maka perubahan terhadap lingkungan baik itu berupa lingkungan fisik maupun bilogis tentunya akan terjadi, sehingga dibutuhkan sebuah kebijakan dalam menata sebuah pengembangan wisata yang dapat memberikan efek positif dibandingkan dengan efek negatifnya. Dari sisi positif adanya keinginan dari pihak pengelola untuk (1) Mempreservasi dan restorasi benda benda budaya seperti bangunan dan kawasan bersejarah; (2) Pembangunan taman nasional dan taman suaka margasatwa; (3) Melindungi pantai dan taman laut; (4) Mempertahankan hutan. Dari sisi negatifnya kegiatan wisata akan menyebabkan (1) Polusi suara , air dan tanah; (2) Perusakan secara fisik lingkungan sekitarnya; (3) Perburuan dan pemancingan; (4) Pembangunan hotel yang megah tampa melihat kondisi lingkungan; (5) Perusakan hutan, monumen bersejarah , vandalisme.

6.Pengelolaan sumberdaya pariwisata harus berorientasi kepada konservasi dan pemanfaatan secara berkelanjutan (sustainable use) untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya pariwisata, dengan menggunakan pendekatan yang bercorak komprehensif dan terpadu. Sehubungan dengan itu, pada tahun anggaran 2007 ini dilakukan kegiatan penyusunan Rencana pengembangan Pariwisata KABUPATEN EMPAT LAWANG, sehingga kebutuhan akan data dan informasi tentang pariwisata secara komprehensif dapat terpenuhi.

7.Tujuan penelitian yaitu membuat dan menyusun dokumen tentang rencana pengembangan pariwisata KABUPATEN EMPAT LAWANG. Secara lebih terperinci adalah untuk: :
a.Menyediakan suatu rencana dasar kegiatan yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk dalam penyusunan rancangan induk di bidang pariwisata.
b.Mensinkronkan rencana sektor atau sub sektor yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pariwisata yang telah ada dan juga sebagai acuan bagi instansi terkait secara tidak langsung.
c.Menjadi dasar dan kerangka kerja dalam membuat program kerja dalam pariwisata.
d.Memantapkan koordinasi antar berbagai instansi dan dinas terkait dalam upaya pengembangan pariwisata.

PROPOSAL PENELITIAN PRODUK UNGGULAN PERTANIAN

PROPOSAL PENELITIAN PRODUK UNGULAN PERTANIAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG

Prof,Dr.H>Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Konsultan Penelitian Ekonomi

1.Latar Belakang
Salah satu produk dari proses reformasi pembangunan di Indonesia yaitu adanya pemerintah kabupaten/kota yang memiliki otonomi yang luas dalam perencanaan kegiatan pembangunan di daerah masing-masing seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 dan nomor 32 tajhun 2002 tentang otonomi daerah. Dalam konteks perundangan tersebut, tuntutan reformasi pembangunan mengandung arti bahwa daerah mampu merencanakan suatu pembangunan yang dapat mengakomodasi sebanyak mungkin kepentingan masyarakatnya. Oleh karena itu proses pembangunan haruslah direncanakan dengan baik, bersifat komprehensif, detail dan diproses secara bertahap dimana setiap tahap memiliki penekanan-penekanan prioritas tertentu demi tercapainya kesempurnaan pembangunan agar suatu rencana dapat men- dekati sasaran yang tepat.

2.Adanya otonomi juga berarti suatu daerah memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam hal perencanaan, pengaturan dan pelaksanaan pembangun annya berdasarkan potensi, peluang, kendala dan keterbatasan yang dimiliki daerah tersebut baik secara alami maupun struktural, seperti potensi sumber daya manusia, sumber daya alam, potensi sosial ekonomi masyarakat, potensi kelembagaan pemerintahan, swasta dan masyarakat. Kajian produk–produk unggulan di KABUPATEN EMPAT LAWANG akan berperan untuk menentukan keberhasilan pengelolaan potensi daerah untuk mendukung percepatan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3.KABUPATEN EMPAT LAWANG merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang telah resmi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2006, sebagai hasil pengembangan dari KABUPATEN LAHAT dengan luas wilayah 3,232 km² dan memiliki potensi kekayaan alam yang cukup banyak di antaranya pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan serta potensi sumber daya alam lainnya terutama dibidang pertambangan dan perindustrian. Hal ini menunjukkan bahwa KABUPATEN EMPAT LAWANG juga memiliki potensi sumber daya alam berupa produk unggulan yang akan dapat saling besinergi dengan status KABUPATEN EMPAT LAWANG sebagai lumbung pangan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan analisis potensi, kendala dan peluang produk-produk unggulan di KABUPATEN EMPAT LAWANG.

4,Sasaran pengembangan komoditi unggulan pertanian, perikanan dan perkebunan rakyat serta produk turunannya adalah meningkatkan produksi dan luas areal produk unggulan, meningkatkan diversifikasi produk usaha masyarakat dan tersedianya data/Informasi mengenai produk unggulan di KABUPATEN EMPAT LAWANG.

5.Tujuan penelitian produk unggulan pertanian yaitu untuk :
a.Menyediakan data/Informasi yang akurat mengenai potensi produk unggulan daerah.
b.Menciptakan peluang usaha penggunaan potensi daerah secara efektif dan efesiensi, sehingga dimanfaatkan secara optimal.

PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN

PROPOSAL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN
KABUPATEN EMPAT LAWANG SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar, SE.MS
Konsultan Penelitian Ekonomi

1.Latar Belakang
Kebijakan Pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan yang senantiasa memperhatikan aspek-aspek kependudukan dan lingkungan hidup sering dikenal sebagai kebijakan pembangunan berwawasan kependudukan dan berkelanjutan. Untuk itu perencanaan kependudukan perlu terus mengupayakan agar jumlah penduduk terkendali, kualitas penduduk memadai serta persebaran penduduk berkesesuaian terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan. Dengan demikian pembangunan yang dilaksanakan tidak lagi dapat mengabaikan peranan penduduk sebagai obyek maupun subyek atau agen pembangunan. Sebagai agen pembangunan kualitas penduduk harus menjadi perhatian utama, yaitu sejak penduduk itu belum lahir (kondisi ibu hamil), setelah lahir, maupun kehidupan dalam keluarga dan lingkungan perlu dicermati.

2.Diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 dan nomor 32 tahun 2002 tentang Pemerintah Daerah, merupakan suatu bentuk reformasi birokrasi pemerintah yang memberikan kewenangan secara luas kepada pemerintah daerah agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat/penduduk dan menjamin proses demokratisasi. Pemberian kewenangan tersebut lebih ditekankan kepada tuntutan akuntabilitas publik yaitu tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat. Era reformasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan tata kehidupan bernegara, bermasyarakat serta dalam penyelenggaraan pembangunan oleh pemerintah. Hal ini merupakan konsekuensi logis yang dilakukan. Karena lebih dari tiga dasawarsa telah terjadi distorsi fungsi dan implementasi kebijakan dalam berbagai bidang, sehingga penduduk/ masyarakat yang merasakan akibat-akibat tersebut.Pembangunan ekonomi yang cenderung berorientasi kepada penguatan korporasi (konglomerat) harus berubah menjadi keberpihakan pada struktur ekonomi kerakyatan. Sehingga setiap warga masyarakat dapat mengakses setiap elemen penunjang perekonomian yang ada atau sasarannya adalah masyarakat.

3.Dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan kependudukan, maka perlu dijaga keserasian antara komponen kependudukan dan lingkungan fisik yang ada di wilayah bersangkutan.Dalam konteks KABUPATEN EMPAT LAWANG, keserasian tersebut ditujukan untuk menentukan tingkat dan distribusi keserasian di suatu wilayah atas dasar keadaan kependudukan dan lingkungan hidup dan mencari indikator dan variabel penentu keserasian, serta mencari alternatif kebijaksanaan untuk meningkatkan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup, yang merupakan suatu keadaan yang terbentuk atas hasil interaksi dinamis (saling menunjang dan berke sinambungan) antara kependudukan (population), lingkungan hidup (environment) dan potensi daerah (resources). Tingkat keserasian sebagai hasil interaksi tersebut tidak selalu sama antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi penduduk, lingkungan dan potensi daerah masing-masing daerah yang bersifat spesifik.

4.Dalam menyusun rencana pembangunan daerah sudah semestinya aspek kependudukan baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan perlu diperhatikan. Perhatian tersebut diterapkan dengan mengidentifikasi isu-isu kependudukan, memprediksi perubahan yang akan terjadi dan mengevaluasinya, sehingga upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kependu dukan dapat diantisipasi sejak dini.Salah satu upaya dalam mengantisipasi dan mengendalikan dampak negatif sebagai akibat adanya perubahan sistem penduduk yang akan terjadi di kemudian hari, dilakukan melalui Analisis Dampak Kependudukan (ADK) KABUPATEN EMPAT LAWANG.

5.Tujuan penyusunan Analisis Dampak Kependudukan ini adalah untuk :
a.Menelaah secara mendalam dampak perubahan sistem penduduk KABUPATEN EMPAT LAWANG di masa mendatang terhadap ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup di KABUPATEN EMPAT LAWANG.
b.Merumuskan rekomendasi kebijakan-kebijakan strategis untuk pengenda lian kependudukan di KABUPATEN EMPAT LAWANG.

BUKU MANAJEMEN STRATEGI

MANAJEMEN STRATEGI


Perpustakaaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.

Cetakan: 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangungan Nasional. 2009
vi: 221 hlm: 16 x 24 cm

ISBN: 978-979-26-5261-1

MANAJEMEN STRATEGI

Penulis:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.
Tata Letak:
Haris Aminudin
Grafis:
Heru Setiawan
Penyunting:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penulis.

Hak menerbitkan pada Yayasan Pembangunan Nasional Malang
Cetakan Pertama April 2009
Penerbit: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang
Telp. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644 Mobile: +628123575333
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan

BOOK PRODUCTION PLANNING AND CONTROL

PRODUCTION PLANNING AND CONTROL

National Library: Catalogue [of] In Derivative
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si


Printing : 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangunan Nasional. 2009
vi : 221 halaman : 16 x 24 cm

ISBN: 978-979-26-5261-1

PRODUCTION PLANNING AND CONTROL

Writer:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si
Arrange Situation:
Haris Aminudin
Gravis:
Heru Setiawan
Editor:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Copyrights of writer. Prohibited to cite, multiply and translate some of or entire / all content of this book without permission written from writer

Rights publish at National Development Institution Malang
First Edition, April 2009
Phone.03141-495545,0341-7585050,Faks:0341-824644 Mobile:+628123575333
Fill book of outside printing office responsibility

BUKU PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI

PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI

Perpustakaaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.


Cetakan: 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangungan Nasional. 2009
vi: 221 hlm: 16 x 24 cm

ISBN: 978-979-26-5261-1

PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PRODUKSI

Penulis:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.
Tata Letak:
Haris Aminudin
Grafis:
Heru Setiawan
Penyunting:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penulis.

Hak menerbitkan pada Yayasan Pembangunan Nasional Malang
Cetakan Pertama April 2009
Penerbit: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang
Telp. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644 Mobile: +628123575333
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan

BUKU PENGANTAR TEORI EKONOMI

PENGANTAR TEORI EKONOMI

Perpustakaaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.



Cetakan : 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangungan Nasional. 2009
vi : 128 hlm : 16 x 24 cm

ISBN : 978-979-26-5262-8

PENGANTAR TEORI EKONOMI

Penulis:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.
Tata Letak dan Grafis:
Heru Setiawan
Penyunting:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin tertulis dari penulis.

Hak menerbitkan pada Yayasan Pembangunan Nasional Malang
Cetakan Pertama April 2009
Penerbit: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang
Telp. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644 Mobile: +628123575333
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan

BOOK MARKETING MANAGEMENT

MARKETING MANAGEMENT

National Library: Catalogue In Derivative (CID)
PROF. DR. H. TIRTAJAYA JENAHAR, SE. M.Si





Printing;Mould: 1 - Malang
Agritek of National Development Institution. 2009
iv: 181 pages: 16 x 24 cm


ISBN: 978-979-265259

MARKETING MANAGEMENT

Writer:
PROF. DR. H. TIRTAJAYA JENAHAR, SE. M.Si
Arrange Graphical Situation:
TEAM AGRITEK

Editor:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si


Copyrights there [is] [at] writer. Prohibited to cite, multiply and translate some of or entire/all content of this book without permission written from writer.

Rights publish at Institution National Development Malang.
First Edition of May 2009

Publisher: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang.
Phone. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644
Mobile: + 628123575333
content of Book [of] outside printing office responsibility

BUKU MANAJEMEN AKUNTANSI

MANAJEMEN AKUNTANSI

Perpustakaaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.



Cetakan: 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangungan Nasional. 2009
vi: 217 hlm: 16 x 24 cm

ISBN: 978-979-26-5258-1

MANAJEMEN AKUNTANSI

Penulis:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.
Desain Sampul:
Haris Aminudin
Tata Letak dan Grafis:
Heru Setiawan
Penyunting:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin
tertulis dari penulis.

Hak menerbitkan pada Yayasan Pembangunan Nasional Malang
Cetakan Pertama April 2009
Penerbit: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang
Telp. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644 Mobile: +628123575333
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan

BUKU ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Perpustakaaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.



Cetakan : 1 – Malang
Agritek Yayasan Pembangungan Nasional. 2009
170 hlm : 16 x 24 cm

ISBN : 978-979-26-5257-4

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Penulis:
Prof. DR. H. TIRTA JAYA JENAHAR, SE. M.Si.
Tata Letak dan Grafis:
Heru Setiawan
Penyunting:
Drs. Ahmad Sofwani, M.Si

Hak Cipta pada penulis. Dilarang mengutip, memperbanyak dan
menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin
tertulis dari penulis.

Hak menerbitkan pada Yayasan Pembangunan Nasional Malang
Cetakan Pertama April 2009
Penerbit: Agritek YPN Malang, Jl. Soekarno-Hatta, Malang
Telp. 0341-495545, 0341-7585050, Faks: 0341-824644 Mobile: +628123575333
Isi buku di luar tanggung jawab percetakan

ANALISIS KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI

ANALISIS KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI DALAM PEREMAJAAN
KEBUN KARET DI SUMATERA SELATAN

ECONOMIC ABILITY ANALYSIS OF FARMER IN REPLANTING
RUBBER ESTATE SOUTH SUMATRA

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE,MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out economic ability analysis of farmer to handle replanting infestation cost of rubber estate for traditional farmer and modern farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers on October 2004 until Augustus 2005. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by economic analysis, economics age and rubber estate replanting model.The result showed that average degree economic ability modern farmers to handle replanting infestation cost of rubber estate (123 %) more than tradisional farmers. Economic age of rubber plant modern farmers (27 year) more than economic age of rubber plant tradisional farmers (24 year). Economic ability can be increasing to adoption of rubber plant pola, used of leisure time for productif activity and increasing rubber prices.
Keyword : economic ability, rubber replanting, economic age

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani maju dan petani belum maju untuk membiayai peremajaan kebun karetnya secara mandiri. Penelitian dilakukan dengan pengumpulan data primer secara bertahap dan acak dilakukan pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani sampel pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis ekonomis, metode penentuan umur ekonomis dan model peremajaan kebun karet.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat kemampuan ekonomis petani maju dalam membiayai peremajaan kebun karet (123 %) lebih tinggi dari pada petani belum maju (82 %), umur ekonomis tanaman karet petani maju (27 tahun) lebih tinggi dari umur ekonomis karet petani belum maju (24 tahun). Kemampuan ekonomis petani dapat ditingkatkan melalui penerapan pola tanam sela karet, pemanfaatan waktu luang untuk kegiatan produktif dan peningkatan harga jual bahan olah karet.
Kata kunci : Kemampuan ekonomis, peremajaan karet dan umur ekonomis.

ANALISIS TENAGA KERJA PETANI KARET RAKYAT

ANALISIS TENAGA KERJA PETANI DI PERKEBUNAN KARET RAKYAT SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out analysis of labour farmer to handle income household of rubber estate for traditional farmer and modern farmer and to find out the affecting factors of allocation of labour household farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.
The result showed. That proportion allocation of labour traditional farmer and modern are 35,6% and 39,58% less than proportion income household farmer from rubber are 73,87% and 80,48% so the traditional farmer and modern farmer made ability allocation of labour to get income. The affect factors of allocation of labour are positive affect to income farmer, farmer age, total of member household, formal education, rubber replanting and negative affect to productivity of rubber, saving household, replanting are.
Keyword : Analysis economic, allocation of labour, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tenaga kerja petani tradisional dan maju da-lam memperoleh pendapatan rumah tangga kebun karetnya, mengalokasikan tenaga kerja keluarga secara optimal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja keluarga petani. Pengumpulan data primer secara acak dilakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2004 dengan mewawancara sebanyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tahun dimana proporsi alokasi tenaga kerja petani tradisional dan maju sebesar 35,6% dan 39,58% lebih kecil dari proporsi pendapatan rumah tangga petani dari usahatani karet sebesar 73,87% dan 80,48%. Ini berarti hipotesa ditolak karena terbukti petani tradisional dan maju mampu mengalokasikan tenaga kerjanya secara optimal untuk usahatani karet. Namun masih terdapat waktu luang masing-masing 284 hok per tahun dan 265 hok per tahun. Analisis regresi rumah tangga petani telah menghasilkan koefisien determinasi (R2) lebih dari 0,60. Alokasi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah tangganya, usia petani, pendidikan formal, peremajaan kebun karet dan jumlah anggota keluarga dan pengaruh negatif terhadap produktivitas kebun, tabungan rumah tangga petani dan luas areal karet.
Kata kunci : Analisis ekonomi, kebutuhan hidup, pengaruh.

ANALISIS EKONOMIS USAHATANI KARET DI SUMSEL

ANALISIS EKONOMIS USAHATANI KARET DI SUMATERA SELATAN

Prof,Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out analysis of economic farmer to handle cost of rubber estate for traditional farmer and modern farmer for cost of living and to find out the affecting factors of the expenditure of household farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.
The result showed. That income traditional farmer and modern farmer average are Rp 7.248.000 per year and Rp 8.576.000 per year where majority made ability to complete the cost of living. The result of economic analysis show attaints that the net present value is Rp 5,287 million, IRR = 16%, B/C ratio = 1,24 and the investment pay back period of 15 year 6 month for traditional farmer and the net present value is Rp 17,44 million, IRR = 23%, B/C ratio = 1,74 and the investment pay back period of 15 year 3 month. The affecting factors of expenditure are positive affect to total farmer income, total of member household, formal education and consumption.
Keyword : Analysis economic cost of living, household farmer, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekonomi petani tradisional dan maju dalam usahatani karetnya untuk biaya kebutuhan hidupnya juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani. Pengumpulan data primer secara acak di-lakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2004 dengan mewawancara sebanyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis ekonomi dan ana-lisis regresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan rumah tangga petani tradisional dan maju rata-rata sebesar Rp 7.248.000 per tahun dan Rp 8.576.000 per tahun dimana mayoritas petani responden mampu membiayai kebutuhan hidupnya. Usahatani tanaman karet petani tradisional dan maju layak secara finansial karena dari hasil analisis finansial diperoleh NPV 12% = Rp 5.287.000, IRR = 16%, B/C ratio = 1,24 dan masa pengembalian investasi = 15 tahun 6 bulan untuk usahatani karet petani tradisional sedangkan pada usahatani karet petani maju NPV 12% = Rp 17.440.000, IRR = 23%, B/C ratio = 1,74 dan masa pengembalian investasi = 15 tahun 3 bulan. Pengeluaran rumah tangga petani berpengaruh positif, terhadap pendapatan rumah tangga petani, jumlah keluarga dan peremajaan karet dan pengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga, pendidikan formal dan pengeluaran konsumsi.
Kata kunci : Analisis ekonomi, kebutuhan hidup, pengaruh.

THE ANALYSIS ECONOMIC ABILITY OF FARMER

THE ANALYSIS ECONOMIC ABILITY OF FARMER
IN REPLANTING RUBBER ESTATE
(HEVEA BRASILLIENSIS) IN SOUTH SUMATRA

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The objective of this study is to analyze the economic ability of nonmodern and modern farmers in bearing the replanting cost of rubber estate, the ability of income farmer to handle cost of living and diference of replanting economic age. The data are collected multi stage sampling for district, subdistrict and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005. the instrument is interview for 360 farmers hausehold 210 nonmodern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra.The results indicate that the average income of modern and non modern farmers able to handle cost of living about 95 % and 87 %. Economic abilityof modern and non modern farmer able to bearing the replanting cost of their rubber estate about 68 % and 38 %. The economic age modern farmer higher than economic age non modern farmer. Pattern of smallholder rubber estate replanting due to with method of rubber estate replanting and economic ability of farmer. Expected can enhanced of smallholder rubber estate replanting.
Keyword : Analysis economic, economic age, smallholder rubber estate replanting .

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani belum maju dan maju dalam membiayai peremajaan kebun karetnya, kemampuan pendapatan petani untuk membiayai kebutuhan rumah tangganya dan menganalisis perbedaan umur ekonomis serta merancang model peremajaan kebun karet rakyat berdasarkan kemampuan ekonomis petani. Pengumpulan data primer secara survei dengan penarikan sampel secara bertahap dilakukan secara proporsional dan diambil secara acak pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani sampel pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial pendapatan petani, metode penentuan umur ekonomis dan menggunakan analisis statistik uji nilai tengah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju yang mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya sekitar 95 % relatif lebih tinggi dari petani belum maju sekitar 87 %. Kemampuan ekonomis petani maju yang mampu membiayai peremajaan kebun karetnya sekitar 68 % relatif lebih tinggi dari petani belum maju sekitar 38 %. Terdapat perbedaan umur ekonomis peremajaan karet petani maju sekitar 27 tahun dan petani belum maju sekitar 24 tahun.
Metode penentuan umur ekonomis dapat dilakukan dengan menghubungkan antara keuntungan usahatani karet dan biaya kebutuhan rumah tangga petani. Model peremajaan kebun karet rakyat secara mandiri dapat dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan ekonomis petani. Tingkat kemampuan ekonomis petani dapat ditingkatkan melalui penerapan pola tanaman sela karet, pemanfaataan waktu luang untuk kegiatan produktif dan peningkatan harga jual bahan olah karet.
Kata kunci : kemampuan ekonomis, umur ekonomis dan model peremajaan kebun karet.
KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI KARET DI SUMATERA SELATAN

ECONOMIC ABILITY ANALYSIS OF FARMER IN REPLANTING
RUBBER ESTATE (HEVEA BRASILLIENSIS) IN SOUTH SUMATRA

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out economic ability analysis of farmer to handle replanting infestation cost of rubber estate for traditional farmer and modern farmer and to find out the affecting factors of economic behaviour of household farmer in replanting of them rubber estate. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers on may until November 2005. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.The result showed that the traditional farmer and modern farmer majority (>50%) made ability to handle replanting infestation cost of rubber estate, except for traditional farmer. If the farmer used leisure labour will be increasing income about Rp 3.975.000 per year and Rp 4.260.000 per year can be increasing economic ability of farmers more than 67% of replanting infestation cost where the farmer must saving about 8% from their saving per year. The affect-ing factors of economic ability of household farmer are positive affect to total of member household, formal education, productivity of rubber, replanting area and negative affect to farmer age. The affecting factors of replanting area are positive affect to rubber age, price of rubber and negative affect to price of rubber wood and productivity of rubber.
Keyword : economic ability, rubber replanting, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani tradisional dan maju untuk menanggung biaya investasi peremajaan kebun karetnya dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ekonomi rumah tangga petani. Pengumpulan data primer secara acak dilakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2004 dengan mewawancara seba-nyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis ekonomi dan analisis regresi.Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesa ditolak untuk petani maju karena terbukti kemampuan ekonomis mayoritas (>60%) mampu menanggung biaya investasi peremajaan kebun karetnya, sedangkan petani tradisional (43,89%) hipotesa diterima. Penggunaan waktu luang tenaga kerja keluarga petani tradisional dan maju untuk bekerja di luar usahatani akan menambah pendapatan sebesar Rp 3.975.000 per tahun dan Rp 4.260.000 per tahun akan meningkatkan kemampuan ekonomis petani melebihi 67% dari biaya investasi peremajaan karet dimana petani diharuskan menabung sekitar 8% dari tabungannya per tahun. Luas areal peremajaan kebun karet berpengaruh positif terhadap umur tanaman karet dan harga karet, dan pengaruh negatifterhadap produktivitas karet dan harga kayu karet.
Kata kunci : Kemampuan ekonomis, peremajaan karet, pengaruh.

ANALISA TENAGA KERJA PETANI KARET

THE ANALYSIS OF LABOUR FARMER
IN RUBBER ESTATE IN SOUTH SUMATRA

ANALISIS TENAGA KERJA PETANI
PADA PERKEBUNAN KARET DI SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out analysis of labour farmer to handle income household of rubber estate for traditional farmer and modern farmer and to find out the affecting factors of allocation of labour household farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.
The result showed. That proportion allocation of labour traditional farmer and modern are 35,6% and 39,58% less than proportion income household farmer from rubber are 73,87% and 80,48% so the traditional farmer and modern farmer made ability allocation of labour to get income. The affect factors of allocation of labour are positive affect to income farmer, farmer age, total of member household, formal education, rubber replanting and negative affect to productivity of rubber, saving household, replanting are.
Keyword : Analysis economic, allocation of labour, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tenaga kerja petani tradisional dan maju da-lam memperoleh pendapatan rumah tangga kebun karetnya, mengalokasikan tenaga kerja keluarga secara optimal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja keluarga petani. Pengumpulan data primer secara acak dilakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2004 dengan mewawancara sebanyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tahun dimana proporsi alokasi tenaga kerja petani tradisional dan maju sebesar 35,6% dan 39,58% lebih kecil dari proporsi pendapatan rumah tangga petani dari usahatani karet sebesar 73,87% dan 80,48%. Ini berarti hipotesa ditolak karena terbukti petani tradisional dan maju mampu mengalokasikan tenaga kerjanya secara optimal untuk usahatani karet. Namun masih terdapat waktu luang masing-masing 284 hok per tahun dan 265 hok per tahun. Analisis regresi rumah tangga petani telah menghasilkan koefisien determinasi (R2) lebih dari 0,60. Alokasi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah tangganya, usia petani, pendidikan formal, peremajaan kebun karet dan jumlah anggota keluarga dan pengaruh negatif terhadap produktivitas kebun, tabungan rumah tangga petani dan luas areal karet.
Kata kunci : Analisis ekonomi, kebutuhan hidup, pengaruh.

ANALISIS EKONOMI USAHATANI PETANI KARET DI SUMSEL.

ANALISIS EKONOMIS USAHATANI PETANI KARET DI SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE>MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out analysis of economic farmer to handle cost of rubber estate for traditional farmer and modern farmer for cost of living and to find out the affecting factors of the expenditure of household farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.
The result showed. That income traditional farmer and modern farmer average are Rp 7.248.000 per year and Rp 8.576.000 per year where majority made ability to complete the cost of living. The result of economic analysis show attaints that the net present value is Rp 5,287 million, IRR = 16%, B/C ratio = 1,24 and the investment pay back period of 15 year 6 month for traditional farmer and the net present value is Rp 17,44 million, IRR = 23%, B/C ratio = 1,74 and the investment pay back period of 15 year 3 month. The affecting factors of expenditure are positive affect to total farmer income, total of member household, formal education and consumption.
Keyword : Analysis economic cost of living, household farmer, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekonomi petani tradisional dan maju dalam usahatani karetnya untuk biaya kebutuhan hidupnya juga menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga petani. Pengumpulan data primer secara acak di-lakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2004 dengan mewawancara sebanyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis ekonomi dan ana-lisis regresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan rumah tangga petani tradisional dan maju rata-rata sebesar Rp 7.248.000 per tahun dan Rp 8.576.000 per tahun dimana mayoritas petani responden mampu membiayai kebutuhan hidupnya. Usahatani tanaman karet petani tradisional dan maju layak secara finansial karena dari hasil analisis finansial diperoleh NPV 12% = Rp 5.287.000, IRR = 16%, B/C ratio = 1,24 dan masa pengembalian investasi = 15 tahun 6 bulan untuk usahatani karet petani tradisional sedangkan pada usahatani karet petani maju NPV 12% = Rp 17.440.000, IRR = 23%, B/C ratio = 1,74 dan masa pengembalian investasi = 15 tahun 3 bulan.
Pengeluaran rumah tangga petani berpengaruh positif, terhadap pendapatan rumah tangga petani, jumlah keluarga dan peremajaan karet dan pengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga, pendidikan formal dan pengeluaran konsumsi.
Kata kunci : Analisis ekonomi, kebutuhan hidup, pengaruh.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI
DALAM PEREMAJAAN KARET

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE,MS
Dosen STIE Aprin Palembang
ABSTRACT
The objective of this study is to analyze the economic ability of nonmodern and modern farmers in bearing the replanting cost of rubber estate and factors of economic ability. The data are collected multi stage sampling for district, sub district and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005. the instrument is interview for 360 farmers hausehold 210 nonmodern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra.The results indicate that the economic ability of modern and non modern farmer able to bearing the replanting cost of their rubber estate about 68 % and 38 %. The factors of economic ability are .
Keyword : economic ability and factors of economic ability in bearing the replanting cost.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya dan faktor yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani. Pengumpulan data primer secara survei dengan penarikan sampel secara bertahap dilakukan secara proporsional dan diambil secara acak pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani sampel pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial pendapatan petani dan menggunakan analisis statistik uji nilai tengah dan analisis regresi. Dari hasil analisis dan pembahasan mengenai kemampuan ekonomis petani dalam peremajaan kebun karet rakyat, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kemampuan ekonomis petani maju dengan petani belum maju. Rata-rata tingkat kemampuan ekonomis petani maju berada 151 % di atas rata-rata tingkat kemampuan ekonomis petani belum maju. Tingkat kemampuan ekonomis petani maju yang mampu membiayai peremajaan kebun karetnya yaitu 68 % lebih tinggi dari tingkat kemampuan ekonomis petani belum maju yaitu 39 %.
2.Dari hasil analisis regresi faktor yang mempengaruhi kemampuan ekonomis petani belum maju dan petani maju dapat disimpulkan bahwa :
a.Kemampuan ekonomis petani maju dipengaruhi secara nyata dan sangat nyata pada taraf kepercayaan 95 % dan 99 % dan positif oleh variabel produksi karet petani, pendapatan rumah tangga petani, tabungan potensial rumah tangga petani dan waktu kerja kegiatan rumah tangga petani dan dipengaruhi negatif oleh variabel luas areal garapan petani, sedangkan variabel jumlah anggota keluarga petani, produktivitas karet petani dan waktu luang petani berpengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 90 % dan nilai parameter penduganya bertanda negatif, tidak sesuai dengan harapan secara teoritis.
b.Kemampuan ekonomis petani belum maju dipengaruhi secara nyata dan sangat nyata pada taraf kepercayaan 95 % dan 99 % dan positif oleh variabel jumlah anggota keluarga petani, produksi karet petani, pendapatan rumah tangga petani, tabungan potensial rumah tangga petani dan peremajaan kebun karet, sedangkan variabel pendidikan formal petani berpengaruh tidak nyata pada taraf kepercayaan 90 % dan nilai parameter penduganya bertanda negatif, tidak sesuai dengan harapan secara teoritis.
c.Beberapa variabel eksogen yang sama-sama berpengaruh nyata dan sangat nyata pada taraf kepercayaan 95 % dan 99 % dan positif terhadap kemampuan ekonomis petani belum maju dan petani maju yaitu variabel produksi karet petani, pendapatan rumah tangga, tabungan potensial rumah tangga dan jumlah anggota keluarga, kecuali jumlah anggota keluarga petani maju tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 % dan tanda nilai parameternya negatif. Variabel eksogen lainnya sama-sama tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 % terhadap kemampuan ekonomis petani belum maju dan petani maju.
d.Beberapa variabel eksogen yang berbeda mempengaruhi kemampuan ekonomis petani yaitu variabel peremajaan kebun karet berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 99 % dan positif pada petani belum maju, tetapi tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 % dan positif pada petani maju, demikian sebaliknya variabel eksogen waktu kerja kegiatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 % dan positif pada petani maju, tetapi tidak berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 % dan positif pada petani belum maju.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 % antara kemampuan ekonomis petani maju yang mampu membiayai peremajaan kebun karetnya sekitar 68 % relatif lebih tinggi dari petani belum maju sekitar 38 %. Kemampuan ekonomis petani dipengaruhi secara signifikan terhadap variabel .
Kata kunci : kemampuan ekonomis dan faktor yang mempengaruhi kemampuan ekonomis.

METODE PENENTUAN UMUR OPTIMUM PEREMAJAAN KARET

METODE PENENTUAN UMUR OPTIMUM PEREMAJAAN KARET

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang
ABSTRACT
The objective of this study is to formula the difine method of rubber replanting optimum age for difine rubber estate replanting age. The data are collected multi stage sampling for district, subdistrict and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005 for 360 farmers hausehold, 210 non-modern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra. Analysis data used income analysis and analysis statistic.The results indicate that the method of difine rubber replanting optimum age can used to difine rubber replanting optimum age and the rubber replanting optimum age modern farmer 28 year is higher than rubber replanting optimum age non-modern farmer 25 year.
Keyword : Analysis income, the difine method of rubber replanting optimum age,rubber estate

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan merumuskan metode penentuan umur optimum peremajaan untuk menentukan umur peremajaan kebun karet. Pengumpulan data dengan metode survei, penarikan sampel secara acak, bertahap dan proporsional dilakukan pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 sebanyak 360 petani sampel yaitu 210 petani belum maju dan 150 petani maju pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial pendapatan petani, metode penentuan umur optimum peremajaan dan analisis statistik.Hasil penelitian menunjukan bahwa metode penentuan umur optimum peremajaan dapat digunakan untuk menentukan umur peremajaan kebun karet dan terdapat perbedaan umur peremajaan kebun karet petani maju 28 tahun dan petani belum maju 25 tahun..
Kata kunci : analisis pendapatan, metode penentuan umur optimum peremajaan, kebun karet.

ANALISIS MODEL PEREMAJAAN KARET

MODEL PEREMAJAAN KEBUN KARET RAKYAT
THE MODEL OF SMALLHOLDER RUBBER ESTATE REPLANTING

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The objective of this study is to the model of smallholder rubber estate replanting .The data are collected multi stage sampling for district, sub district and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005. the instrument is interview for 360 farmers hausehold 210 nonmodern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra.The results indicate that the economic ability of modern and non modern farmer able to bearing the replanting cost of their rubber estate about 68 % and 38 %. Pattern of smallholder rubber estate replanting due to with method of rubber estate replanting and economic ability of farmer.
Keyword : Analysis economic, The model of smallholder rubber estate replanting .

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani belum maju dan maju dalam membiayai peremajaan kebun karetnya dan merancang model peremajaan kebun karet rakyat berdasarkan kemampuan ekonomis petani. Pengumpulan data primer secara survei dengan penarikan sampel secara bertahap dilakukan secara proporsional dan diambil secara acak pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani sampel pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial, model peremajaan kebun karet dan menggunakan analisis statistik uji nilai tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan ekonomis petani maju yang mampu membiayai peremajaan kebun karetnya sekitar 68 % relatif lebih tinggi dari petani belum maju sekitar 38 %. Model peremajaan kebun karet rakyat secara mandiri dapat dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan ekonomis petani.
Kata kunci : kemampuan ekonomis dan model peremajaan kebun karet rakyat.

ANALISIS KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI KARET DI SUMSEL

ANALISIS KEMAMPUAN EKONOMIS PETANI
DALAM PEREMAJAAN KEBUN KARET DI SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Dosen STIE Aprin Palembang
ABSTRACT
The objective of this study is to analyze the economic ability of nonmodern and modern farmers in bearing the replanting cost of rubber estate and how to increasing economic ability. The data are collected multi stage sampling for district, sub district and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005. the instrument is interview for 360 farmers hausehold 210 nonmodern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra. The results indicate that the economic ability of modern and non modern farmer able to bearing the replanting cost of their rubber estate about 68 % and 38 %. The economic ability will be increasing through increasing income with used leisure time, intercrop and increasing rubber price.
Keyword : economic ability and replating of rubber estate.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan ekonomis petani untuk membiayai peremajaan kebun karetnya dan upaya meningkatkan kemampuan ekonomis petani. Pengumpulan data primer secara survei dengan penarikan sampel secara bertahap dilakukan secara proporsional dan diambil secara acak pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani sampel pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial pendapatan petani dan menguji perbedaan menggunakan analisis statistik uji nilai tengah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 % antara kemampuan ekonomis petani maju yang mampu membiayai peremajaan kebun karetnya sekitar 68 % relatif lebih tinggi dari petani belum maju sekitar 38 %. Kemampuan ekonomis petani dapat ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dengan penerapan pola tanaman sela karet, pemanfataan waktu luang dan peningkatan harga jual bahan olah karet.
Kata kunci : kemampuan ekonomis dan peremajaan kebun karet.

ANALISIS PERBEDAAN KEMAMPUAN PENDAPATAN PETANI KARET DI SUMSEL

ANALISIS KEMAMPUAN PENDAPATAN PETANI KARET
DALAM MEMENUHI BIAYA KEBUTUHAN HIDUP DI SUMATERA SELATAN
Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The objective of this study is to analize the ability of income farmer to handle cost of living and how to increasing ability of farmer household income. The data are collected multi stage sampling for district, subdistrict and village randomly for farmer hausehold and the data collection is on October 2004 till August 2005 for 360 farmers hausehold 210 non-modern farmers and 150 modern farmers as sample at 12 villages as representative of Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin District in South Sumatra. Analysis data used income analysis and analysis statistic
The results indicate that the average income of modern and non-modern farmers able to handle cost of living about 95 % and 87 %. The ability of income will be increasing through increasing income with used leisure time, intercrop and increasing rubber price.
Keyword : ability of household income,cost of living and farmer rubber income .

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pendapatan rumah tangga petani belum maju dan maju dalam membiayai kebutuhan rumah tangganya dan upaya meningkatkan kemampuan pendapatan rumah tangga petani. Pengumpulan data dengan metode survei, penarikan sampel secara acak, bertahap dan proporsional pada bulan Oktober 2004 sampai Agustus 2005 sebanyak 360 petani sampel yaitu 210 petani belum maju dan 150 petani maju pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan. Analisis data menggunakan analisis finansial pendapatan petani dan analisis statistik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 % antara kemampuan pendapatan rumah tangga petani maju dan petani belum maju yang mampu membiayai kebutuhan rumah tangganya 95 % dan 87 %. Kemampuan pendapatan rumah tangga petani dapat ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dengan penerapan pola tanaman sela karet, pemanfataan waktu luang dan peningkatan harga jual bahan olah karet.
Kata kunci : kemampuan pendapatan rumah tangga, biaya hidup dan pendapatan petani karet.

ANALISIS TENAGA KERJA PETANI KARET DI SUMSEL

ANALISIS TENAGA KERJA PETANI DI PERKEBUNAN KARET
(HEVEA BRASILLIENSIS) DI SUMATERA SELATAN

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE,MS
Dosen STIE APRIN Palembang

ABSTRACT
The research aims to find out analysis of labour farmer to handle income household of rubber estate for traditional farmer and modern farmer and to find out the affecting factors of allocation of labour household farmer. Primary data are from sample traditional farmers and modern farmers. The sample size is 360 respondent household farmers in three districts are Musi Rawas, Muara Enim and Musi Banyuasin in South Sumatra. The data analysed by eco-nomic analysis and regression analysis.
The result showed. That proportion allocation of labour traditional farmer and modern are 35,6% and 39,58% less than proportion income household farmer from rubber are 73,87% and 80,48% so the traditional farmer and modern farmer made ability allocation of labour to get income. The affect factors of allocation of labour are positive affect to income farmer, farmer age, total of member household, formal education, rubber replanting and negative affect to productivity of rubber, saving household, replanting are.
Keyword : Analysis economic, allocation of labour, impact.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tenaga kerja petani tradisional dan maju da-lam memperoleh pendapatan rumah tangga kebun karetnya, mengalokasikan tenaga kerja keluarga secara optimal dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi tenaga kerja keluarga petani. Pengumpulan data primer secara acak dilakukan pada bulan Mei sampai Nopember 2005 dengan mewawancara sebanyak 360 petani responden pada 12 desa sebagai perwakilan dari Kabupaten Musi Rawas, Muara Enim dan Musi Banyuasin di Sumatera Selatan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tahun dimana proporsi alokasi tenaga kerja petani tradisional dan maju sebesar 35,6% dan 39,58% lebih kecil dari proporsi pendapatan rumah tangga petani dari usahatani karet sebesar 73,87% dan 80,48%. Ini berarti hipotesa ditolak karena terbukti petani tradisional dan maju mampu mengalokasikan tenaga kerjanya secara optimal untuk usahatani karet. Namun masih terdapat waktu luang masing-masing 284 hok per tahun dan 265 hok per tahun.
Analisis regresi rumah tangga petani telah menghasilkan koefisien determinasi (R2) lebih dari 0,60. Alokasi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah tangganya, usia petani, pendidikan formal, peremajaan kebun karet dan jumlah anggota keluarga dan pengaruh negatif terhadap produktivitas kebun, tabungan rumah tangga petani dan luas areal karet.
Kata kunci : Analisis ekonomi, kebutuhan hidup, pengaruh.

PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI PRABUMULIH

PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN DI PRABUMULIH

PROF.DR.H.TIRTA JAYA JENAHAR,SE.MS
PENGAMAT EKONOMI PALEMBANG

Kota Prabumulih memiliki beragam potensi di sektor pertanian hortikultura seperti nenas, jeruk, rambutandan sayuran; di sektor perkebunan seperti karet, kelapa sawit, pinang, kapuk dan kopi; di sektor pertambangan seperti minyak, gas dan batubara; di sektor perindustrian seperti industri rumah tangga dan industri kecil menengah yang mengolah produk unggulan. Dari potensi produk yang ada di Kota Prabumulih tersebut, maka dapat diketahui lima produk unggulan unggulan Kota Prabumulih yaitu nenas, karet, kelapa sawit, minyak dan gas serta industri kecil menengah sebagai penunjang pengembangan produk unggulan.

Peluang investasi bagi pengembangan produk unggulan ini masih terbuka luas, baik pengembangan tanaman maupun pengembangan industri hulu sampai ke industri hilir sehingga memiliki nilai tambah yang lebih baik bagi peningkatan pendapatan, kesejahteraan masyarakat serta peningkatan PDRB Kota Prabumulih. Dalam rangka peningkatan investasi untuk produk unggulan, Pemerintah Kota Prabumulih perlu memberikan kemudahan-kemudahan dalam proses perizinan, keamanan dan penyediaan sarana prasarana penunjang.

Pembangunan sarana prasarana penunjang seperti pembukaan atau peningkatan akses jalan ke lokasi produk unggulan perlu dilakukan, penyediaan fasilitas bagi investor untuk membangun hotel, supermarket, rumah sakit, air bersih, listrik dan sarana prasarana penunjang lainnya perlu segera direncanakan dan dibangun.

PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI PRABUMULIH

PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI PRABUMULIH

PROF.DR.H.TIRTA JAYA JENAHAR,SE,MS
PENGAMAT EKONOMI PALEMBANG

Pembangunan Kota Prabumulih memerlukan perencanaan yang ditujukan untuk menentukan tingkat dan distribusi keserasian di suatu wilayah atas dasar keadaan kependudukan dan lingkungan hidup dan mencari indikator dan variabel penentu keserasian. Serta mencari alternatif kebijaksanaan untuk meningkatkan keserasian kependudukan dan lingkungan hidup, yang merupakan suatu keadaan yang terbentuk atas hasil interaksi dinamis (saling menunjang dan berkesinambungan) antara kependudukan (population), lingkungan hidup (environment) dan potensi daerah (resources). Tingkat keserasian sebagai hasil interaksi tersebut tidak selalu sama antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh kondisi penduduk, lingkungan dan potensi daerah masing-masing daerah yang bersifat spesifik.

Dalam menyusun rencana pembangunan daerah sudah semestinya aspek kependudukan baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan perlu diperhatikan. Perhatian tersebut diterapkan dengan mengidentifikasi isu-isu kependudukan, memprediksi perubahan yang akan terjadi dan mengevaluasinya, sehingga upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kependu dukan dapat diantisipasi sejak dini. Salah satu upaya dalam mengantisipasi dan mengendalikan dampak negatif sebagai akibat adanya perubahan sistem penduduk yang akan terjadi di kemudian hari, dilakukan melalui Analisis Dampak Kependudukan (ADK) Kota Prabumulih. Proses tersebut diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah Kota Prabumulih untuk menetapkan suatu kebijakan pembangunan yang berwawasan kependudukan khususnya pembangunan dibidang kependudukan.
Dalam menganalisis perubahan/dampak terhadap sistem penduduk, sosial, lingkungan hidup, kesehatan maupun ekonomi, menggunakan standar/norma yang berlaku secara nasional sebagai rujukannya.

Kebijakan Pengendalian pertumbuhan penduduk Kota Prabumulih antara lain melalui (1) Pemerataan kegiatan pembangunan di berbagai Kecamatan,(2).Meningkatkan dan memperkuat program keluarga berencana. (3).Kebijakan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan (4).Kebijakan Perekonomian Daerah dan Pengembangan Masyarakat. (5)Kebijakan Pengendalian Sosial Budaya Memperkuat kelembagaan budaya informal/tradisional dalam masyarakat

PROPOSAL PEMBIAYAAN USAHA BISNIS

PROPOSAL PEMBIAYAAN MODAL KERJA/USAHA

PROF.DR.H.TIRTA JAYA JENAHAR, SE, MS
Pengamat Ekonomi Palembang

1.Dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan/koperasi dapat dibagi dalam 2 golongan sbb
a.Dana yang ditanam secara permanent dalam perusahaan, seperti tanah, gedung dan alat-alat perlengkapan disebut Aktiva Tetap
b.Dana yang tidak bersifat permanent akan tetapi yang dari hari ke hari berulang kembali, diperoleh dan dipergunakan dalam proses melanjutkan perusahaan, seperti wang kas, piutang dan barang-barang dagangan disebut Aktiva Lancar.
>Dana yang dipergunakan dalam aktiva lancer terus menerus berubah-ubah bentuk yang disebut peredaran perdagangan, dimana uang kas menjadi barang-barang dagangan, barang-barang dagangan menjadi piutang dan piutang menjadi uang kas kembali.
>Dana usaha dipergunakan dalam aktiva lancer yang secara terus menerus berubah disebut juga Modal Kerja.

2.Konsep-konsep mengenai modal kerja, yaitu :
a.Konsep Fungsional, yaitu keseluruhan dana yang dipergunakan dalam satu periode yang dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan bagi periode yang bersangkutan dengan tujuan utama dari perusahaan.
b.Konsep Kwantitatip, yaitu keseluruhan aktiva lancer, konsep ini disebut Modal Kerja Bruto
c.Konsep Kwalitatip, yaitu selisih antara Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar, konsep ini disebut juga dengan Modal Kerja Netto.

3.Macam-macam Modal Kerja
a.Modal Kerja Permanen adalah modal kerja yang harus ada dalam perusahaan, yang terdiri dari :
1)Modal Kerja Utama yaitu modal kerja minimal yang diperlukan agar perusahaan bisa berjalan.
2)Modal Kerja Normal yaitu modal kerja yang diperlukan untuk pembiayaan usaha yang normal
b.Modal Kerja Variabel Adalah modal kerja yang berubah sesuai dengan kebutuhan perusahaan,terdiri dari :
1)Modal Kerja Musiman yaitu modal kerja yang diperlukan sesuai dengan musim yang akan berubah-ubah
2)Modal Kerja Siklus yaitu modal kerja yang berubah-ubah dengan berubahnya konjungtor
3)Modal Kerja Darurat yaitu modal kerja yang dibutuhkan karena keadaan darurat

4.Perbedaan fungsional antara Modal Kerja dengan Modal Tetap
>Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
a.Modal Kerja sifatnya lebih fleksibel, artinya dengan perencanaan yang tetap modal kerja dapat diperbesar atau diperkecil sesuai dengan kebutuhan
Misalnya ialah keadaan depresi social kerja dapat segera dikurangi
b.Susunan modal kerja relatif variabel (berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, susunan Modal Tetap relatif akan tetap.
c.Modal kerja digunakan dalam proses produksi, modal tetap akan habis dalam jangka waktu yang panjang.

5.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya Modal Kerja
Berapa besar Modal Kerja yang harus dimiliki oleh suatu perusahaan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
a.Besarnya persediaan barang
>Berapa besar persediaan barang yang harus ada didalam perusahaan tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
1)Berapa besar jumlah persediaan yang dilakukan oleh perusahaan
2)Apakah dalam penjualan barang tersebut dipengaruhi oleh goncangan-goncangan musim. Suatu kenyataan yang tak dapat dihindarkan ialah bahwa suatu perusahaan yang dipengaruhi oleh goncangan-goncangan musim akan membutuhkan persediaan barang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya merata
3)Keadaan-keadaan lain yang tak dapat dihindarkan, seperti misalnya keharusan untuk membentuk suatu persediaan, lamanya proses produksi yang harus dijalani, jangka waktu antara selesainya proses produksi dengan terjualnya hasil produksi tersebut.
b.Jumlah piutang dagang dan wesel yang harus ditagih
Penjualan barang dengan kredit akan menentukan besarnya modal yang terikat pada tagihan yang harus ditagih, hal ini ditentukan pula oleh kondisi penjualan yang dilakukan dan disamping itu juga oleh kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang (politik inkasso).
c.Berapa besar jumlah hutang dagang dan wesel yang harus dibayar, hal ini terutama tergantung pada syarat-syarat yang telah disetujui
d.Faktor-faktor umum lainnya yang dapat juga mempengaruhi modal kerja, seperti misalnya tingkah laku dan efisiensi daripada pimpinan.

6.Siklus daripada Modal Kerja
>Modal kerja dari suatu perusahaan beredar terus menerus untuk membelanjai operasi dari perusahaan. Proses ini disebut dengan siklus modal kerja.
Siklus modal kerja akan terus beredar dengan tidak diketahui darimana mulainya dan dimana akhirnya selama perusahaan itu masih berjalan. Akan tetapi dalam menganalisa sifat daripada siklus tersebut biasanya dimulai dari kas.
Kas yang diinvestasikan dalam barang-barang dagangan, barang dagangan yang dijual akan menjadi piutang dan kemudian piutang tersebut akan menjadi kas. Demikianlah siklus tersebut akan terjadi secara berulang selama perusahaan masih berjalan.
Siklus ini perlu dipahami untuk mengetahui keadaan keuangan perusahaan, yaitu dengan melihat siklus tersebut dihubungkan dengan aliran dalam pembentukan netto, dengan melihat aliran pendapatan dan aliran biaya.

7.Transaki-transaki yang mempengaruhi Modal Kerja
a.Transaksi-transaksi yang menambah modal kerja
1)Penjualan barang-barang dagangan
2)Penjualan aktiva tetap
3)Penerimaan rupa-rupa penghasilan-laba
4)Penjualan saham
5)Penjualan obligasi
b.Transaksi-transaksi yang mengurangi Modal Kerja
1)Pengeluaran biaya-biaya – rugi
2)Pembelian dan atau perbaikan aktiva tetap
3)Angsuran-angsuran obligasi
4)Penarikan saham-saham yang beredar
5)Pembayaran devidend (kecuali stock devidend)

MANAJEMEN USAHA KECIL MENENGAH

PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

Prof.Dr.H. Tirta Jaya Jenahar, SE, MSc
Pengamat Ekonomi Palembang

>Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dengan kreteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar (UU RI N0.9/1995 tentang usaha kecil). Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. (petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung). Usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana, yang digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya. Pentingnya usaha kecil menengah telah dibuktikan dari evaluasi pada pasca krisis moneter para pelaku usaha kecil dan menengah yaitu pelaku ekonomi UKM merupakan 99,8 % dari pelaku ekonomi Indonesia dan menyerap tenaga kerja sekitar 88,3 % dari angkatan kerja Indonesia dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 %.
>Usaha kecil dan menengah mengalami berbagai kendala dalam perkembangan sebagai berikut (1) mayoritas pasarnya berorientasi lokal, (2) memiliki keterbatasan sumber daya, (3) kepemimpinan perusahaan pada pemilik, (4) pengaruh keluarga sangat besar, (5) cakrawala perencanaan jangka pendek, (6) sistem manajemen informal dan fleksibel, (7) pengembangan usaha identik pemilik, (8) informasi sangat kurang, (9) sering terlibat konflik, (10) kurang ada musyawarah, dan kurang adanya persepsi bersama.
>Tujuan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah yaitu (1) Meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah dan (2) Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, peningkatan dan pemerataan pendapatan sebagai tulang punggung dan memperkukuh struktur perekonomian nasional.
>Upaya pengembangan usaha kecil dan menengah agar diarahkan menjadi usaha kecil menengah yang tangguh. Usaha kecil yang tangguh dan mandiri adalah usaha kecil yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan kepercayaan dan kemampuan sendiri.
>Adapun ciri-ciri usaha kecil dan menengah yang tangguh meliputi (1) kewirausahaan yang mantap, (2) kinerja usaha meningkat, (3) perijinan yang memadai, (4) administrasi keuangan yang baik,(5) manajemen sederhana tetapi modren, (6) sarana dan modal kerja memadai, (7) teknologi tepat guna, (8) jaringan usaha yang luas, (9) menyerap tenaga kerja dan (10) kesadaran lingkungan.
>Untuk mencapai UKM yang tangguh agar pemerintah bersama dunia usaha dan masyarakat berperan aktif menumbuhkan iklim usaha bagi usaha kecil dan menengah meliputi (1) Aspek pendanaan; sumber, akses, kemudahan pendanaan, (2) Aspek persaingan ; memperkuat posisi tawar, mencegah struktur pasar dan penguasaan pasar (3) Aspek prasarana; prasarana umum, keringanan tarif prasarana (4) Aspek informasi; bank data, penyebaran informasi pasar,teknologi, mutu.(5) Aspek kemitraan; kemitraan usaha, mencegah kerugian dalam kemitraan (6) Aspek perizinan; pelayanan satu atap, kemudahan persyaratan, (7) Aspek perlindungan; peruntukan tempat usaha, menggunakan produk usaha kecil, jenis usaha tradisional/khusus dan bantuan hukum/konsultasi.
>Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bidang (1) Teknik produksi dan pengolahan, rancang bangun, pengadaan sarana dan prasaranan, (2) Teknik pemasaran, litbang pemasaran, sarana, promosi, lembaga pemasaran dan memasarkan produk, (3) Teknis dan manajerial, kewirausahaan, lembaga litbang, konsultasi dan penyuluhan, (4) Teknologi produksi, pengendalian mutu, pengembangan produk, alih teknologi,standardisasi, memberi insentif penerapan teknologi baru, (5) Penyediaan pembiayaan, kredit, pinjaman, hibah, (7) Kemitraan dengan usaha menengah dan besar dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi.
Beberapa upaya Pemerintah dalam pembinaan dan pengembangan Koperasi,Usaha Kecil dan Menengah yaitu :
a.Program pengembangan usaha perikanan Rp 145,9 milyar tahun 2003.
b.Kredit usaha mikro dan kecil Rp 3,1 triliyun, Rp 50 juta per usaha kecil.
c.Fasilitas pameran dalam dan luar negeri 10 negara bagi 470 KUKM.
d.Pusat promosi KUKM di Jakarta dan jedah.
e.Penjaminan kredit Rp 135 milyar bagi 960 UKM.
f.Lembaga pengembangan bisnis 375 BDS.
g.Modal awal pendanaan Rp 3 milyar bagi 60 LKM.
h.Pengembangan lembaga diklat SDM KUKM.
i.Diklat pemberdayaan KUKM.
j.Penelitian dan pengembangan pemberdayaan KUKM.
k.Pengembangan kelembagaan pembinaan KUKM.
l.Pengembangan patisipasi Pemda dan masyarakat
m.Pemilihan sektor unggulan KUKM.
n.Pengembangan sistem pasar yang berkeadilan.
>Konsep Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah agar diarahkan untuk (a) menumbuhkan rasa saling percaya, (b) menciptakan sinergi antar usaha kecil menengah dan (c) menciptakan jaringan kerjasama. Adapun Peluang Pengembangan sentra Usaha Kecil dan Menengah antara lain (a) adanya kemauan kreativitas, inovasi dan kemandirian, (b) adanya kemauan politik pemerintah, (c) adanya tuntutan masyarakat membangun ekonomi, (d) adanya proyeksi pertumbuhan perekonomian, (e) proses informasi dan globalisasi dan (f) tumbuh berkembangnya budaya kewirausahaan.
>Manfaat sentra Usaha Kecil dan Menengah yaitu (a) ada kejelasan mendapat bahan baku, (b) ada dukungan BDS, (c) adanya pelanggan, (d) biaya lebih efisien, (e) tercipta nilai tambah, (e) terjalin kerjasama dan sinergi dan (f) diperoleh informasi akurat dan tepat.
>Pengembangan klaster bisnis Usaha Kecil dan Menengah agar diarahkan kepada (a) kelompok usaha, beda pemilik tetapi dekat geografis, (b) usaha saling melengkapi dan (c) terintegrasi antar pelaku usaha. Falsafah Pengembangan Sentra dan Klaster UKM diupayakan untuk (a) pemberdayaan produsen, (b) peningkatan akses peluang pasar, (c) peningkatan kapasitas teknologi, (d) peningkatan sumberdaya produktif, (e) peningkatan akses informasi, (f) penguatan kelembagaan, (g) mendorong kemitraan yg berkeadilan.

MANAJEMEN KOPERASI

MANAJEMEN KOPERASI

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE,MSc
Pengamat Ekonomi Palembang

>Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (UU No 25 /1992 tentang Perkoperasian). Koperasi masa depan adalah koperasi yang tangguh, dan mempunyai kemampuan beroperasi secara dinamis dan mandiri, mampu menghadapi tantangan luar, memiliki daya saing kuat, sumber pertumbuhan dan pemerataan serta memiliki manajemen modren dan dinamis.
>Indikator keberhasilan koperasi dapat dilihat dari sumberdaya manusia dan fisik koperasi. Dari sumber daya manusia yaitu peningkatan jumlah anggota koperasi dan peningkatan rasa memiliki koperasi sedangkan dari fisik koperasi yaitu memiliki bangunan fisik kantor, tempat usaha dan teknologi pendukung alat produksi, komunikasi. Koperasi dikatakan berperan terhadap lingkungan apabila (1) mempunyai dampak terhadap masyarakat disekitarnya, (2) penyedian lapangan kerja, (3) membuka peluang pasar, (4) memiliki program strategis, (5) melakukan konsolidasi organisasi, (6) mengadakan pendidikan dan pelatihan, (7) melakukan penyuluhan, konsultasi dan advokasi dan (8) pengembangan jaringan kerja. Koperasi yang berkembang dengan baik dan lancar dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah, volume usaha dan peningkatan daya saing.
>Permasalahan klasik baik internal dan eksternal berkembangnya koperasi dari Internal koperasi yaitu (1) lambatnya perkembangan modal, (2) kurang ketrampilan manajerial, (3) terbatasnya jaringan pasar, (4) lemahnya kualitas pengurus dan anggota, (5) rendahnya omset penjualan, (6) belum maksimumnya partisipasi anggota dan (7) belum memadainya perangkat teknologi produksi dan informasi. Dari eksternal koperasi yaitu (1) komitmen pemerintah menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional, (2) kurang efektifnya sistem prasarana, pelayaan, pendidikan dan penyuluhan dan (3) ketergantungan yang tinggi kepada pemerintah.
>Komitmen pemerintah dan legeslatif terhadap pengembangan koperasi di Indonesia telah besar dengan dihasilkannya beberapa produk perundangan pengembangan koperasi antara lain (1) UU No 25 /1992 tentang perkoperasian, (2) Peraturan Pemerintah No 9 /1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam koperasi, (3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/1994 tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dari laba BUMN dan (4) Keputusan Menteri Koperasi dan PKM No 351/1998 Tentang petunjuk pelaksanaan koperasi usaha simpan pinjam.
>Didalam pembinaan dan pengembangan agar koperasi diarahkan (1) mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya, (2) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (3) meningkatkan pelayanan terhadap anggota, (4) pembangunan berwawasan lingkungan dan (5) integral pembangunan ekonomi.
>Strategi pengembangan koperasi agar diarahkan membangun kebijakan koperasi dalam perekonomian nasional, mengembangkan akses permodalan, mengembangan diklat penyuluhan dan informasi, mengembangkan akses jaringan pasar, memperkuat manajemen koperasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi, mengembangkan permodalan koperasi, meningkatkan pelayanan koperasi, mengembangkan jaringan kelembagaan, meningkatkan partisipasi anggota, memperluas jumlah anggota dan meningkatkan pelayanan anggota.

Kamis, 13 Mei 2010

MANAJEMEN STRATEJIK

MANAJEMEN STRATEJIK

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE,MS
Dosen STIE Aprin Palembang

1. Arti dan pentingnya Manajemen Stratejik

Pengertian strateji berasal dari bahasa Yunani strategos. Stratos artinya militer dan ago artinya memimpin, berarti generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang. Strategi pada umumnya digunakan dalam perang sehingga timbul istilah strateji perang. Pengertian trateji dalam kamus adalah keahlian mengatasi sesuatu.

Strateji sebagai alat untuk mencapai tujuan memiliki beberapa sifat antara lain :
a. Menyatu (unified) yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian dalam perusahaan.
b. Menyeluruh (comprehenship) yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan.
c. Integral (integrated) yaitu seluruh strateji akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan manajemen.

Strateji adalah proses aktif dalam memikirkan dan mengkomunikasikan, melahirkan strateji bisnis dan organisasi sampai ke unit level dimana pimpinan menarik komitmen intelektual dan emosional dari seluruh anggota organisasi untuk menggalang kemampuan organisasi mencapai sukses. Stateji merupakan intelektualisasi organisasi yang sehari-harinya mengarahkan dan membimbing perilaku organisasi.

Manajemen stratejik adalah suatu seni dan ilmu dalam pembuatan, penerapan dan evaluasi keputusan stratejik antar fungsi-fungsi yang memungkinkan suatu organisasi mencapai tujuan masa mendatang ( Agustinus, 1996 dalam Anonim, 1999).

2. Prespektif Manajemen Stratejik

Manajemen stratejik sebagai perspektif manajemen stratejik mengembang an keahlian individu ( Anonim, 1999) yaitu :
a. Manajemen stratejik sebagai alat yang mengarahkan organisasi bergerak mencapai tujuan.
b. Manajemen stratejik mempertimbangkan ruang lingkup stakeholder.
c. Manajemen stratejik memerlukan jangka waktu untuk masa mendatang.
d. Manajemen stratejik dalam waktu yang bersamaan harus memperhatikan efektifitas dan efisiensi.

Manajeman stratejik merupakan proses mengkombinasikan tiga aktivitas utama yang saling berhubungan yaitu :
a. Analisis stratejik terdiri dari tiga bagian utama yaitu menetapkan tujuan, menggali peluang dan hambatan yang mencerminkan lingkungan ekster nal, mempelajari kekuatan dan kelemahan dari dalam organisasi.
b. Merumuskan stratejik merupakan proses memformulasikan penetapan strateji pada setiap tingkat yang memungkinkan yaitu bisnis, fungsional, perusahaan dan internasional.
c. Menerapkan stratejik merupakan proses dari perencanaan menuju pada tindakan dengan melihat sebanyak mungkin dari strateji yang diharapkan menjadi strateji yang terealisasi.

Keberhasilan penerapan stratejik ditentukan oleh empat hal yaitu integrasi dalam organisasi, mengembangkan komunikasi diantara unit struktur organisasi, menetapkan tanggung jawab dan wewenang yang didelegasikan dan pengendalian (Sukanto, 1995).


3 PERENCANAAN STRATEJIK

Perencanaan stratejik secara umum merupakan suatu proses yang sistimatis dan berkelanjutan sebagai tuntunan bagi seluruh anggota organisasi menuju kehari depannya, mengembangkan prosedur dan penampilan kegiatan ke depan dan menentukan cara mengukur keberhasilan pelaksanaan misi organisasi.

Konsep perencanaan stratejik dikembangkan Andrew (1960) bahwa perencanaan stratejik meliputi keuangan, manufacture, operasioanl dan pemasaran dari masing-masing bagian organisasi perusahaan sehingga menjadi sangat kompetitif. Termasuk dalam perencanaan stratejik antara lain ;
a. Analisis lingkungan organisasi unutk memahami kendala dan peluang.
b. Analisis kemampuan organisasi .
c. Mengintegrasikan kemampuan, sumberdaya dan peluang organisasi.
d. Menetapkan tujuan dan sasaran.
e. Merumuskan kebijakan, rencana program, visi dan misi organisasi.

4. Model Perencanaan Stratejik.

Perencanaan stratejik merupakan proses yang berkelanjutan dalam membuat keputusan yang beresiko secara sistematis dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan yang antisipatif dengan mengorganisasi secara sistematis usaha-usaha melaksanakan keputusan tersebut dan mengukur hasilnya melalui umpan balik yang terorganisasi dan sistimatis.

Unsur perencana stratejik yang mempengaruhi suatu organisasi yaitu :
a. Sistem perencanaan stratejik hendaknya merupakan proses yang berkelanjutan.
b. Proses perencanaan stratejik harus menyangkut keputusaan–keputusan yang bersifat kewirausahaan atau mengandung resiko.
c. Proses perencanaan stratejik harus diikuti dengan struktur organisasi untuk melaksanakan keputusan.
d. Perencanaan stratejik harus mampu menyediakan umpan balik yang sistimatis.
e. Perencanaan stratejik harus ada standar kinerja dan alat untuk menganalisa.

Perencanaan stratejik bukan merupakan keputusan untuk masa depan, melainkan berdasarkan perkiraan masa depan. Perencanan stratejik bukan satu usaha untuk mengurangi resiko.

MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

KENDALA DAN UPAYA PENGEMBANGAN UKM DAN KOPERASI

Prof.Dr.H.Tirta Jaya Jenahar,SE.MS
Dosen STIE Aprin Palembang

Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dengan kreteria kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar (UU RI N0.9/1995 tentang usaha kecil). Usaha kecil yang tangguh dan mandiri adalah usaha kecil yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan bertumpu pada kepercayaan dan kemampuan sendiri.

Menurut Biro Pusat Statistik (1988) kreteria usaha kecil yaitu (a) Usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang; (b) Industri rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja < 5 orang. Menurut Stanley dan Morse dalam Suryana (2001) kreteria industri yaitu (a) Industri rumah tangga yang menyerap 1 - 9 orang tenaga kerja; (b) Industri kecil yang menyerap 10 – 49 orang tenaga kerja; (c) Industri sedang yang menyerap 50 – 99 orang tenaga kerja dan (d) Industri besar yang menyerap > 100 orang tenaga kerja.

Usaha kecil meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. (petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung). Usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana, yang digunakan secara turun temurun, dan atau berkaitan dengan seni dan budaya.

Pentingnya usaha kecil menengah telah dibuktikan dari evaluasi pada pasca krisis moneter para pelaku usaha kecil dan menengah yaitu pelaku ekonomi UKM merupakan 99,8 % dari pelaku ekonomi Indonesia dan menyerap tenaga kerja sekitar 88,3 % dari angkatan kerja Indonesia dan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 4,8 %.

Usaha kecil dan menengah mengalami berbagai kendala dalam perkembangan sebagai berikut (1) mayoritas pasarnya berorientasi lokal, (2) memiliki keterbatasan sumber daya, (3) kepemimpinan perusahaan pada pemilik, (4) pengaruh keluarga sangat besar, (5) cakrawala perencanaan jangka pendek, (6) sistem manajemen informal dan fleksibel, (7) pengembangan usaha identik pemilik, (8) informasi sangat kurang, (9) sering terlibat konflik, (10) kurang ada musyawarah, dan kurang adanya persepsi bersama.

Tujuan Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah yaitu (1) Meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah dan (2) Meningkatkan peranan usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor, peningkatan dan pemerataan pendapatan sebagai tulang punggung dan memperkukuh struktur perekonomian nasional.

Upaya pengembangan usaha kecil dan menengah agar diarahkan menjadi usaha kecil menengah yang tangguh. Usaha kecil yang tangguh dan mandiri adalah usaha kecil yang memiliki daya saing tinggi dan memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan bertumpu pada kepercayaan dan kemampuan sendiri. Adapun ciri-ciri usaha kecil dan menengah yang tangguh meliputi (1) kewirausahaan yang mantap, (2) kinerja usaha meningkat, (3) perijinan yang memadai, (4) administrasi keuangan yang baik,(5) manajemen sederhana tetapi modren, (6) sarana dan modal kerja memadai, (7) teknologi tepat guna, (8) jaringan usaha yang luas, (9) menyerap tenaga kerja dan (10) kesadaran lingkungan.

Untuk mencapai pengembangan UKM yang tangguh, perlu upaya pemerintah bersama dunia usaha dan masyarakat berperan aktif menumbuhkan iklim usaha bagi usaha kecil dan menengah meliputi (1) Aspek pendanaan; sumber, akses, kemudahan pendanaan, (2) Aspek persaingan ; memperkuat posisi tawar, mencegah struktur pasar dan penguasaan pasar (3) Aspek prasarana; prasarana umum, keringanan tarif prasarana (4) Aspek informasi; bank data, penyebaran informasi pasar,teknologi, mutu.(5) Aspek kemitraan; kemitraan usaha, mencegah kerugian dalam kemitraan (6) Aspek perizinan; pelayanan satu atap, kemudahan persyaratan, (7) Aspek perlindungan; peruntukan tempat usaha, menggunakan produk usaha kecil, jenis usaha tradisional/khusus dan bantuan hukum/konsultasi.

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bidang (1) Teknik produksi dan pengolahan, rancang bangun, pengadaan sarana dan prasaranan, (2) Teknik pemasaran, litbang pemasaran, sarana, promosi, lembaga pemasaran dan memasarkan produk, (3) Teknis dan manajerial, kewirausahaan, lembaga litbang, konsultasi dan penyuluhan, (4) Teknologi produksi, pengendalian mutu, pengembangan produk, alih teknologi,standardisasi, memberi insentif penerapan teknologi baru, (5) Penyediaan pembiayaan, kredit, pinjaman, hibah, (7) Kemitraan dengan usaha menengah dan besar dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi.

Konsep Pengembangan Sentra Usaha Kecil dan Menengah agar diarahkan untuk (a) menumbuhkan rasa saling percaya, (b) menciptakan sinergi antar usaha kecil menengah dan (c) menciptakan jaringan kerjasama. Adapun Peluang Pengembangan sentra Usaha Kecil dan Menengah antara lain (a) adanya kemauan kreativitas, inovasi dan kemandirian, (b) adanya kemauan politik pemerintah, (c) adanya tuntutan masyarakat membangun ekonomi, (d) adanya proyeksi pertumbuhan perekonomian, (e) proses informasi dan globalisasi dan (f) tumbuh berkembangnya budaya kewirausahaan.

Manfaat sentra Usaha Kecil dan Menengah yaitu (a) ada kejelasan mendapat bahan baku, (b) ada dukungan BDS, (c) adanya pelanggan, (d) biaya lebih efisien, (e) tercipta nilai tambah, (e) terjalin kerjasama dan sinergi dan (f) diperoleh informasi akurat dan tepat.

Pengembangan klaster bisnis Usaha Kecil dan Menengah agar diarahkan kepada (a) kelompok usaha, beda pemilik tetapi dekat geografis, (b) usaha saling melengkapi dan (c) terintegrasi antar pelaku usaha. Falsafah Pengembangan Sentra dan Klaster UKM diupayakan untuk (a) pemberdayaan produsen, (b) peningkatan akses peluang pasar, (c) peningkatan kapasitas teknologi, (d) peningkatan sumberdaya produktif, (e) peningkatan akses informasi, (f) penguatan kelembagaan, (g) mendorong kemitraan yg berkeadilan.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (UU No 25 /1992 tentang Perkoperasian). Koperasi masa depan adalah koperasi yang tangguh, dan mempunyai kemampuan beroperasi secara dinamis dan mandiri, mampu menghadapi tantangan luar, memiliki daya saing kuat, sumber pertumbuhan dan pemerataan serta memiliki manajemen modren dan dinamis.
Permasalahan klasik internal berkembangnya koperasi yaitu (1) lambatnya perkembangan modal, (2) kurang ketrampilan manajerial, (3) terbatasnya jaringan pasar, (4) lemahnya kualitas pengurus dan anggota, (5) rendahnya omset penjualan, (6) belum maksimumnya partisipasi anggota dan (7) belum memadainya perangkat teknologi produksi dan informasi. Dari eksternal koperasi yaitu (1) komitmen pemerintah menjadikan koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional, (2) kurang efektifnya sistem prasarana, pelayaan, pendidikan dan penyuluhan dan (3) ketergantungan yang tinggi kepada pemerintah.
Indikator keberhasilan koperasi dapat dilihat dari sumberdaya manusia dan fisik koperasi. Dari sumber daya manusia yaitu peningkatan jumlah anggota koperasi dan peningkatan rasa memiliki koperasi sedangkan dari fisik koperasi yaitu memiliki bangunan fisik kantor, tempat usaha dan teknologi pendukung alat produksi, komunikasi.

Koperasi dikatakan berperan terhadap lingkungan apabila (1) mempunyai dampak terhadap masyarakat disekitarnya, (2) penyedian lapangan kerja, (3) membuka peluang pasar, (4) memiliki program strategis, (5) melakukan konsolidasi organisasi, (6) mengadakan pendidikan dan pelatihan, (7) melakukan penyuluhan, konsultasi dan advokasi dan (8) pengembangan jaringan kerja. Koperasi yang berkembang dengan baik dan lancar dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah, volume usaha dan peningkatan daya saing.
Komitmen pemerintah dan legeslatif terhadap pengembangan koperasi di Indonesia telah besar dengan dihasilkannya beberapa produk perundangan pengembangan koperasi antara lain (1) UU No 25 /1992 tentang perkoperasian, (2) Peraturan Pemerintah No 9 /1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam koperasi, (3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/1994 tentang Pembinaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dari laba BUMN dan (4) Keputusan Menteri Koperasi dan PKM No 351/1998 Tentang petunjuk pelaksanaan koperasi usaha simpan pinjam.
Didalam pembinaan dan pengembangan koperasi agar diarahkan kepada (1) mampu bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya, (2) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (3) meningkatkan pelayanan terhadap anggota, (4) pembangunan berwawasan lingkungan dan (5) integral pembangunan ekonomi. Strategi pengembangan koperasi agar diarahkan membangun kebijakan koperasi dalam perekonomian nasional, mengembangkan akses permodalan, mengembangan diklat penyuluhan dan informasi, mengembangkan akses jaringan pasar, memperkuat manajemen koperasi, meningkatkan kualitas sumber daya manusia koperasi, mengembangkan permodalan koperasi, meningkatkan pelayanan koperasi, mengembangkan jaringan kelembagaan, meningkatkan partisipasi anggota, memperluas jumlah anggota dan meningkatkan pelayanan anggota.
Realisasi Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dari Pemerintah antara lain : Program pengembangan usaha perikanan, Kredit usaha mikro dan kecil Rp 50 juta per usaha kecil, Fasilitas pameran dalam dan luar negeri 10 negara bagi 470 KUKM, Pusat promosi KUKM di Jakarta dan jedah, Penjaminan kredit bagi 960 UKM, Lembaga pengembangan bisnis 375 BDS, Modal awal pendanaan bagi 60 LKM, Pengembangan lembaga diklat SDM KUKM.Diklat pemberdayaan KUKM, Penelitian dan pengembangan pemberdayaan KUKM, Pengembangan kelembagaan pembinaan KUKM. Pengembangan patisipasi Pemda dan masyarakat, Pemilihan sektor unggulan KUKM, Pengembangan sistem pasar yang berkeadilan, Pengembangan sistem pembiayaan alternatif.